Trust, Jadi Kunci Menangkar Benih Kentang Hasil BRMP
Cimenyan (17/12) – Balai Pengelola Hasil Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP PH) bersama Balai Perakitan dan Pengujian Tanaman Sayuran (BRMP Tansa) kembali menggelar ‘Penderasan Pemanfaatan Kentang Varietas Hasil Pemuliaan BRMP Tansa melalui Peningkatan Kapasitas Budidaya Perbenihan Kentang bagi Petani/Penangkar’. Selama hari pertama kegiatan ini sebanyak 52 orang petani dan 5 orang PPL Kecamatan PPL akan mendapatkan ilmu berkaitan dengan ‘Penerapan Teknologi Perbenihan Kentang di Indonesia’, Materi kedua ‘Sistem Perbenihan Kentang di Indonesia’ dan ‘Penerapan Budidaya Kentang Terpadu’ dari Ibu Juniarti P. Sahat, MP., dari BRMP Tansa. Bu Juni juga menyebutkan pentingnya mengatur pergiliran tanam untuk memutus siklus penyakit, dan jangan sampai tanaman kentang ditanam di Lokasi yang sama setelah dilakukan pertanaman terong, cabai, dan juga tembakau, tegasnya. Karena setelah tanam komoditas tadi, hampir dipastikan penyakit yang ada di lahan akan berlanjut dan menyerang benih kentang yang ditanam, tambahnya lagi.
Dilanjutkan dengan materi kedua dari Bapak Chandra Hayat, selaku petani dari Kelompok Sagara Agri dari Pangalengan, yang sudah sukses melakukan produksi benih kentang hasil BRMP dan mendistribusikannya hingga ke Aceh, Jambi, dan Sulsel. Termasuk bermitra dalam mengembangkan produk olahan frozennya, seperti kentang wadges, french fries, dan mashed potato, jelasnya. Chandra bahkan berulang kali menegaskan perbedaan benih kentang hasil BRMP dengan benih kentang impor yang sering kali tidak seragam, dan bahkan Cuma jadi sekali tanam saja, apalagi belum dapat dipastikan bebas dari penyakit, jelasnya. Ia menambahkan justru dari benih kentang asli dari lokal ini akan memudahkan untuk melacak asal usulnya, disamping juga tim BRMP di Lembang yang sangat kolaboratif dalam merespon segala kesulitan petani.
Sedikit berbeda karakternya dengan petani penangkar di Kecamatan Pangalengan pada kegiatan minggu lalu, Petani yang rata-rata berusia di bawah 45 tahun ini merupakan petani yang antusias karena sudah pernah mengalami gagal panen akibat penyakit bakteri dan virus dari tanaman kentang yang ditanamnya. Oleh karenanya, oleh Chandra di tangkap sebagai peluang untuk menumbuhkan trust atas pentingnya mengetahui asal usul kentang benihnya. Terutama asal usul Bapak/Ibunya, termasuk memastikan bahwa apabila sudah diketahui diproduksi dengan baik oleh pemulianya, jelas Chandra.
Dikesempatan sesi pertama, dari Bu Juniarti dengan 3 materi sekaligus sebetulnya banyak pengetahuan yang menjadi koreksi bagi para petani bahwa penting diketahui persyaratan benih minimal, dan label benih menjadi penciri jaminan bahwa benih diproduksi dengan baik, dan telah lolos pengujian dari BPSBTPH, tambahnya.
Pada kesempatan sesi pertama berakhir disebutkan oleh Kepala BRMP PH bahwa di materi selama hari ini sampai dengan besok, Bapak/Ibu Petani yang ikut ini akan mendapat sertifikat juga untuk pengetahuan mendasar sebagai Petani Penangkar, dan sertifikat ini berguna untuk meyakinkan bahwa Bapak/Ibu layak menjadi petani penangkar benih kentang dan besok masih ada ilmu lagi di screenhouse untuk contoh pertanaman dengan planlet dan bagaimana memproduksi benih kentang dengan baik sesuai SOP.